Mencari kesempurnaan & ketenangan
Hati dilanda keresahan, jiwa benar-benar gelisah... entah mengapa. Dah berhari2 terasa begini... apakah kegelisahan ini adalah satu peringatan dariNya. Mungkin terlalu menumpukan duniawi hingga lalai dgn tuntutan akhirat. Mungkin juga. Kesibukan di ofis & kemalasan untuk mentelaah buku2 berunsur agama serta mendalaminya mungkin telah menjauhkan aku dariNya.... nasib baik masih ku dpt jadikan ceramah2 agama di Youtube sebagai halwa telinga. Mungkin masih belum cukup untukNya.. mungkin Allah menghendaki lebih lagi dariku.. ya mungkin jg....
Ini peringatan untuk diri ini... masa berlalu, hari berganti, tuntutan rohani perlu dipenuhi. Sifat2 yg keji di dalam diri harus dibuang jauh, segala penyakit hati mesti dihindari... perbaiki diri untuk menjadi insan yg terlebih baik dari semalam. Masa2 lapang mesti dipenuhi dgn aktiviti yg lebih berfaedah. Ya Allah, byknya yg perlu dilakukan untuk menjadikan diri ini lebih sempurna, ialah utk ketenangan & kebahagian diri ku jua..
Jika diperhatikan Kalam-kalam Hikmat yang lalu dapat dilihat bahawa hijab nafsu dan akal yang membungkus hati sehingga kebenaran tidak kelihatan. Akal yang ditutupi oleh kegelapan nafsu, iaitu akal yang tidak menerima pancaran nur, tunduk kepada perintah nafsu. Nafsu tidak pernah kenyang dan akal sentiasa ada jawapan dan alasan. Hujah akal menjadi benteng yang kukuh buat nafsu bersembunyi. Jangan memandang enteng kepada kekuatan nafsu dalam menguasai akal dan pancaindera. Al-Quran telah memberi peringatan mengenainya:
Nampakkah (wahai Muhammad) keburukan keadaan orang yang menjadikan hawa nafsunya: tuhan yang dipuja lagi ditaati? Maka dapatkah engkau menjadi pengawas yang menjaganya jangan sesat? Atau adakah engkau menyangka bahawa kebanyakan mereka mendengar atau memahami (apa yang engkau sampaikan kepada mereka)? Mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan (bawaan) mereka lebih sesat lagi. ( Ayat 43 & 44 : Surah al-Furqaan )
Prinsip-prinsip lain yang berkaitan dengan proses belajar adalah menghargai waktu pada masa-masa belajar dan masa-masa luang. Kesempatan-kesempatan ini harus digunakan dengan sangat cermat di dalam lingkungan keluarga, karena hilangnya waktu dan kesempatan sama sekali tidak akan pernah bisa tergantikan, kesempatan-kesempatan ini begitu cepat berlalu dan dengan kelalaian yang sekecil apapun, umur yang bernilai akan terbuang sia-sia, hari-hari yang berharga akan terlewati, dan akhirnya kehidupan yang tanpa hasil tidak akan bernilai sama sekali.
“Dalam mencari kesempurnaan diri itu harus melalui: “Jangan pergi bila belum jelas maksudnya, jangan makan bila belum tahu rasa yang dimakan, janganlah berpakaian bila belum tahu nama pakaianmu. Kau bisa tahu dari bertanya, dan dengan meniru juga, jadi dengan dilaksanakan, demikian dalam hidup, ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas, oleh tukang emas diberi kertas kuning dikira emas mulia. Demikian pula orang berguru, bila belum paham, akan tempat yang harus disembah, maka tersesatlah!”
Comments